Rabu, 16 September 2015

Pendidikan Kejuruan: Kondisi dan Prospek


Pendidikan kejuruan mempersiapkan peserta didik menguasai keterampilan tertentu untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus memberikan bekal untuk melanjutkan pendidikannya ke pendidikan kejuaruan yang lebih tinggi (Ikhsan, 2005: 21). Sedangkan menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki lapangan kerja. Dari pengertian pendidikan kejuruan, maka tujuan pendidikan kejuruan adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Dengan begitu diharapkan pendidikan kejuruan dapat membantu mengurangi angka pengangguran
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa betapa pentingnya peran pendidikan kejuruan (SMK) dalam meningkatkan kualitas SDM bangsa ini. Namun pada saat ini jumlah SMA lebih banyak daripada SMK, yaitu sekitar 60 % SMA dan 40% SMK. Padahal berdasarkan kurikulum SMA, siswa SMA hanya diberikan pengetahuan (IPA atau IPS) tanpa keterampilan-keterampilan khusus yang dapat “diterima” dunia kerja. Oleh karena itu, lulusan SMA diharapkan dapat meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Sedangkan lulusan SMK diharapkan dapat memasuki lapangan kerja karena mereka telah dibekali pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang keahlian yang diambil, seperti Teknik Mekanik Otomotif (TMO), Teknik Pemesinan (TP), Teknik Komputer &  Jaringan (TKJ), Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik (TPTL), Teknik Pertanian, dll. Sehingga Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) menargetkan perbandingan 70% SMK dan 30 % SMA pada tahun 2015.
Pemerintah harus konsisten dan sungguh-sungguh dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas SMK, karena pemerintah akan menemui banyak kendala. Sepertinya masalah klasik akan menjadi kendala utama, yaitu BIAYA. Pemerintah akan membutuhkan dana yang besar untuk membuat sekolah kejuruan, seperti pembangunan gedung, tempat praktik dan penyediaan alat serta bahan praktik untuk siswa. Fasilitas-fasilitas sekolah harus selalu diperbaharui sesuai dengan perkembangan teknologi agar siswa dapat mengikuti perkembangan jaman.
Kemudian pemerintah melalui sekolah harus menjalin hubungan baik dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dudi) agar program link and match dapat terlaksana dengan baik dan siswa SMK dapat melakukan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau Praktik Kerja Industri (Prakerin) dengan baik pula. Dengan program itu, Dudi berperan penting dalam membantu keterampilan siswa dengan fasilitas-fasilitas yang relevan yang ada di Dudi. Dengan begitu kekurangan fasilitas sekolah akan tertutupi oleh Dudi. Selain itu, Dudi juga bisa memberikan peluang lapangan kerja untuk lullusan SMK.
Selain menekankan pada lapangan kerja, pembangunan SMK harus disesuaikan pada potensi daerah yang dapat dikembangkan, misalnya pertanian atau perkebunan, peternakan, sumber daya alam (mineral/migas), perekonomian, dll. Dengan begitu maka sumber daya alam setiap daerah dapat dikembangkan oleh sember daya manusia yang berkualitas. Kendala lain adalah mengubah persepsi masyarakat tentang kebutuhan pendidikan. Selama ini orang tua lebih suka memasukkan anaknya ke SMA. Saat ini pemerintah memang telah berusaha mempromosikan SMK melalui iklan layanan masyarakat di televisi, tapi sepertinya belum begitu berhasil, terbukti dengan masih banyaknya siswa SMA dibanding siswa SMK.
Kita memang harus mendukung upaya pemerintah untuk mengembangkan kualitas dan kuantitas SMK, demi mengurangi pengangguran, dan demi mengurangi kemiskinan, dan tentunya untuk kehidupan yang lebih baik….

GO….. SMK…!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar