Rabu, 16 September 2015

Hegemoni Mesin


Mesin, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai perkakas untuk menggerakkan atau membuat sesuatu. Redaksi “menggerakkan atau membuat sesuatu” tersebut tentunya untuk mempermudah atau membantu pekerjaan manusia untuk menggerakkan atau membuat sesuatu. Namun, dewasa ini, mesin tidak hanya sekedar mempermudah atau membantu, terlebih lagi mesin sudah mendominasi pekerjaan manusia, bahkan menggantikan peran manusia.
Awal pengambilan peran tenaga manusia dan hewan oleh mesin guna kebutuhan industri, dipercaya terjadi saat Revolusi Industri di Inggris, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Walaupun sebelumnya sudah banyak yang memanfaatkan mesin untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Terlepas dari kapan pertama kali sebuah mesin diciptakan dan digunakan, satu hal yang harus selalu kita ingat bahwa mesin diciptakan untuk membantu manusia, memudahkan pekerjaan manusia, tidak untuk memanjakan manusia. Hegemoni negatif mesin akan sangat memanjakan manusia.

Dewasa ini, manusia semakin “mendewakan” mesin. Bahkan, mesin sudah dianggap sebagai investasi yang menguntungkan, tentunya dilihat dari produktifitas mesin tersebut. Manusia mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk merancang, membuat dan mengembangkan mesin. Mesin yang rumit guna kemudahan manusia. Itu semua adalah hal yang wajar, bahkan sebuah keharusan, mengingat persaingan ekonomi bisnis yang terus menikung tajam. Siapa yang  tidak bisa mengikuti ritme tikungan tersebut, makan akan terlempar oleh gaya sentrifugal bisnis. Gaya sentrifugal bisnis dipercaya dapat ditaklukan oleh sebuah mesin tertentu.


Mesin sangat diiagungkan di dunia industri. Mesin telah merambah di berbagai sektor industri, mulai dari industri kecil, hingga industri besar; mulai dari mesin yang sederhana, hingga mesin yang rumit. Pada sektor industri, manfaat mesin memang sangat menggiurkan. Penggunaan mesin yang tepat mampu mendongkrak hasil produksi, yang pada akhirnya mendongkrak keuntungan. Namun, bukan berarti penggunaan mesin di industri tanpa kendala dan kelemahan. Beberapa kelemahan yang sering dikeluhkan adalah dampak sosial dan lingkungan. Dampak sosial sering mengerucut pada berkurangnya, bahkan tergantikannya peran manusia. Konsekuensi logisnya adalah pengurangan tenaga kerja manusia, atau lebih akrab dikenal sebagai PHK. Tapi itu bukan kendala serius, jika disikapi positif, maka akan memberikan motivasi positif untuk meningkatkan kompotensi sumber daya manusia (SDM), agar dapat “bersaing”dengan mesin. Sedangkan yang sering menjadi masalah pada aspek lingkungan adalah pengelolaan limbah yang kurang baik sehingga merusak lingkungan. Pada dasarnya semua limbah (mulai dari usaha kecil hingga industri besar) dapat dikelola dengan baik, jika ada niat dan usaha yang baik pula. Kesimpulan sederhana yang bisa dipetik adalah kita harus menggunakan mesin secara optimal namun tetap bijak, guna keseimbangan bisnis dan lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar