Mesin, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai perkakas untuk menggerakkan
atau membuat sesuatu. Redaksi “menggerakkan atau membuat sesuatu” tersebut
tentunya untuk mempermudah atau membantu pekerjaan manusia untuk menggerakkan
atau membuat sesuatu. Namun, dewasa ini, mesin tidak hanya sekedar mempermudah
atau membantu, terlebih lagi mesin sudah mendominasi pekerjaan manusia, bahkan
menggantikan peran manusia.
Awal pengambilan
peran tenaga manusia dan hewan oleh mesin guna kebutuhan industri, dipercaya
terjadi saat Revolusi Industri di Inggris, yang kemudian menyebar ke seluruh
dunia. Walaupun sebelumnya sudah banyak yang memanfaatkan mesin untuk menunjang
kehidupan sehari-hari. Terlepas dari kapan pertama kali sebuah mesin diciptakan
dan digunakan, satu hal yang harus selalu kita ingat bahwa mesin diciptakan untuk
membantu manusia, memudahkan pekerjaan manusia, tidak untuk memanjakan manusia.
Hegemoni negatif mesin akan sangat memanjakan manusia.
Dewasa ini, manusia
semakin “mendewakan” mesin. Bahkan, mesin sudah dianggap sebagai investasi yang
menguntungkan, tentunya dilihat dari produktifitas mesin tersebut. Manusia
mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk merancang, membuat dan mengembangkan
mesin. Mesin yang rumit guna kemudahan manusia. Itu semua adalah hal yang
wajar, bahkan sebuah keharusan, mengingat persaingan ekonomi bisnis yang terus
menikung tajam. Siapa yang tidak bisa mengikuti
ritme tikungan tersebut, makan akan terlempar oleh gaya sentrifugal bisnis.
Gaya sentrifugal bisnis dipercaya dapat ditaklukan oleh sebuah mesin tertentu.
Mesin sangat
diiagungkan di dunia industri. Mesin telah merambah di berbagai sektor
industri, mulai dari industri kecil, hingga industri besar; mulai dari mesin
yang sederhana, hingga mesin yang rumit. Pada sektor industri, manfaat mesin
memang sangat menggiurkan. Penggunaan mesin yang tepat mampu mendongkrak hasil
produksi, yang pada akhirnya mendongkrak keuntungan. Namun, bukan berarti
penggunaan mesin di industri tanpa kendala dan kelemahan. Beberapa kelemahan
yang sering dikeluhkan adalah dampak sosial dan lingkungan. Dampak sosial
sering mengerucut pada berkurangnya, bahkan tergantikannya peran manusia.
Konsekuensi logisnya adalah pengurangan tenaga kerja manusia, atau lebih akrab
dikenal sebagai PHK. Tapi itu bukan kendala serius, jika disikapi positif, maka
akan memberikan motivasi positif untuk meningkatkan kompotensi sumber daya
manusia (SDM), agar dapat “bersaing”dengan mesin. Sedangkan yang sering menjadi
masalah pada aspek lingkungan adalah pengelolaan limbah yang kurang baik
sehingga merusak lingkungan. Pada dasarnya semua limbah (mulai dari usaha kecil
hingga industri besar) dapat dikelola dengan baik, jika ada niat dan usaha yang
baik pula. Kesimpulan sederhana yang bisa dipetik adalah kita harus menggunakan
mesin secara optimal namun tetap bijak, guna keseimbangan bisnis dan
lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar