Rabu, 23 Maret 2016

Manor Tampak Setengah Hati dan Strategi Jitu Mercedes

Rio, Manor, Pascal Wehrlein dan Mercedes (sumber gambar: FB MRT dan www.mercedesamgf1.com)



Minggu (20/3) kemarin, race pertama Formula 1 yang berlangsung di Sirkuit Melbourne Grand Prix Albert Park, Australia, berjalan lancar. Meskipun ada tragedi kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa pebalap senior, Fernando Alonso. “I am lucky to be alive” (sumber) ucap mantan juara dunia sekaligus pilot F1 dengan gaji tertinggi itu. Tetapi, keberuntungan yang masih dirasakan Alonso, tidak untuk Rio Haryanto. 


Rio Haryanto yang berhasil menambah semangat pecinta Formula1 dan menciptakan fenomena “mendadak F1” di Indonesia, harus puas hanya bisa mencicipi 18 Lap. Masalah teknik, tepatnya masalah kebocoran oli dan driveline pada MRT05 nomor 88, membuatnya tak dapat melanjutkan balapan. Bukan masalah baru, masalah yang pernah terjadi saat tes pramusim di Spanyol lalu. 

Kecurigaan mengenai masalah yang dialami, berawal ketika red flag setelah tragedi kecelakaan Alonso. Kecelakaan parah dan red flag memaksa semua pebalap harus menghentikan balapan untuk sementara. Mereka harus menepi, menuju area Pit. Saat semua pebalap sudah masuk ke pit, tetapi Rio belum juga masuk Pit, padahal jarak antarpebalap di barisan belakang cukup rapat. Hal ini, kemarin saya amati dari situs formula1.com, yang terus memberikan informasi detail dan live dari arena balap F1, tanpa jeda iklan seperti televisi. Layanan itu, sangat bermanfaat untuk kita, saat televisi tak mampu menolak “tuntutan” iklan. 

Cukup lama saya memperhatikan Rio di kolom Leaderboard, yang tak juga “IN PIT”. Sedangkan pebalap lain sudah parkir di Pit. Sepertinya ada yang aneh dengan Rio dan mobilnya. Keanehan yang membuat saya men-screenshoot tampilan di Android saya, sebagai salah satu bahan tulisan ini.  
Saat menuju Pit, Rio Membutuhkan Waktu yang lebih lama dari pebalap lainnya

Setelah beberapa detik kemudian, baru muncul di layar “HAR IN PIT”. Akhirnya, Rio masuk Pit. Namun, ketika semua pebalap bersiap memulai lomba dan menaiki jet daratnya. Mobil Rio, MRT05 88 justru tampak di layar televisi, sedang diperiksa dan Rio terlihat sedang berbincang dangan salah seorang kru. Keanehanan kedua dari Rio. 
Rio Tidak Melanjutkan Balapan 
Karena keanehan itu, saya langsung mengalihkan pehatian ke Leaderboard Formula1.com. Ternyata, di layar tertulis “HAR STOP”, yang menandakan bahwa Rio Haryanto tidak melanjutkan balapan, mengikuti 3 pebalap lain. Saya pun kaget dan penasaran, ada apa dengan Rio dan mobilnya. Setelah berusaha menelusuri dari berbagai media online, didapatlah informasi bahwa mobil Rio kembali mengalami masalah. 

Masalah Teknis: Biasa dan Luar Biasa 

Ternyata mobil Rio, MRT05 nomer 88, mengalami masalah teknis, yaitu kebocoran oli. Masalah teknis dalam balapan, seperti Formula1, memang hal yang biasa, bukan hal aneh. Tetapi akan menjadi aneh dan luar biasa jika masalah itu terus terjadi. Masalah pada mobil Rio telah terjadi sebelumnya, sejak sesi latihan. 

Pada tes pramusim di Sirkuit de-Barcelona, hari pertama (2/3/2016) sesi kedua, mobil Rio mengalami masalah kebocoran oli. Masalah teknis kembali dialami Rio saat hari terakhir (4/3/2016) tes tersebut. Namun, rekan satu tim Rio, Pascal Wehrlein, tidak mengalami masalah berarti. Ia lancar-lancar saja, padahal mobil yang mereka gunakan sama. Ketika masalah yang sama kerap terjadi, artinya ada masalah besar dengan mobil Rio atau ada sesuatu dengan kru dan mekanik Manor terhadap Rio dan mobilnya. Bukan bermaksud negative thingking dengan Manor, tatapi ini menarik untuk dianalisis.

Permasalahan teknis yang kerap mendera Rio, sepertinya tak ditangani dengan serius oleh Manor. Terbukti dengan munculnya masalah yang sama pada mobil Rio saat race di sirkuit Albert Park, Australia kemarin. Berdasarkan infromasi dari berbagai sumber, mobil formula 1 yang dalam kondisi prima, dapat dipacu dengan baik selama 2 jam. Tetapi, mobil Rio hanya mampu bertahan sekitar setengah jam. Sedangkan mobil yang sama dengan Rio, yang dikendarai Wehrlein tidak mengalami kendala berarti dan mampu finish di urutan 16. 

Meskipun Wehrlein finish di urutan terakhir, setidaknya Ia bisa menyelesaikan balapan dengan baik, didukung dengan mobil yang baik juga. Lantas, pertanyaannya, apakah Rio Haryanto dan Pascal Wehrlein mendapat perlakuan berbeda dari Manor Racing Team

Pascal Wehrlein: Balapan Bersama Manor, untuk Kesuksesan Mercedes F1 

Pascal Wehrlein, rekan satu tim Rio di Manor, memboyong mesin Mescedes yang diandalkan untuk dapur pacu MRT05. Entah ada kesepakatan apa antara Mercedes, Wehrlein, dan Manor. Yang pasti, ada kesepakatan tertentu di antara Wehrlein, Mercedes, dan Manor. Kesepakatan yang harus diwaspadai oleh Rio. (Mengenai kewaspadaan ini, beberapa waktu lalu telah saya ulas dalam artikel berjudul "Titip Pesan Untuk Rio Haryanto") 

Wehrlein adalah pebalap binaan Mercedes, yang digadang-gadang sebagai penerus pebalap inti Tim Mercedes AMG F1. Dalam situs resmi Mercedes AMG F1, jelas tertulis bahwa tim pebalapnya adalah Lewis Hamilton, Nico Rosberg, dan Pascal Wehrlein. Wehrlein yang merupakan pebalap DTM Mercedes, berdiri di dua tim. Kaki kanannya untuk Tim Mercedes F1, sedangkan kaki kirinya berada di Manor Racing Team. Di Mercedes, Wehrlein selalu ditugaskan untuk menguji coba mobil F1 Mercedes sebelum digunakan oleh pebalap inti, Hamilton dan Rosberg. 

Jadi jelas, meskipun Wehrlein membalap untuk Manor, tujuan utamanya adalah mendukung kesuksesan Tim Mercedes F1, bukan Manor Racing Team (MRT). Maka, tak berlebihan jika disimpulkan bahwa Manor hanya tempat “belajar” dan “bermain” bagi Wehrlein. Dalam bermain dan belajarnya di Manor, ia memiliki misi “mulia” untuk Mercedes, yaitu mendukung kemenangan Mercedes. 

Dengan melihat latar belakang dan peranan Wehrlein di Mercedes, tentu ia tidak akan memasang target besar dengan Manor. Tidak mungkin Wehrlein “berani” memasang target juara, meskipun sebenarnya ia mampu. Ia tidak akan berani “melangkahi” kakak seperguruannya, Hamilton dan Rosberg. Ia justru harus mendukung Hamilton dan Rosberg agar jalannya “mulus” sehingga Mereka bisa naik podium juara. Seperti yang telah terjadi pada seri pembuka di Australia kemarin, mereka berhasil naik podium juara. 

Pascal Wehrlein Pengaman Barisan Belakang 

Sebenarnya, dalam sesi latihan atau kualifikasi penentuan pole position, bisa saja Wehrlein mencatatkan waktu tercepat dan memulai balapan di barisan depan. Bersanding dengan pebalap senior lain di barisan depan. Apalagi, mobil F1 dan mesin Mercedes bukan hal yang baru bagi Wehrlein. Tetapi sepertinya itu tidak akan ia lakukan karena dapat mengganggu pergerakan seniornya, Hamilton dan Rosberg.  Paling banter ia akan mencari posisi di bagian tengah ke arah belakang. Tujuannya adalah mengamankan barisan belakang agar tidak ada “kejutan” yang diberikan pebalap dari arah belakang, yang dapat menggangu Hamilton dan Rosberg di barisan depan. 

Rio Dikhawatirkan Memberi Kejutan 

Mungkin pembaca masih ingat dengan kejutan yang diberikan oleh Rio Haryanto saat di GP3 2010? Pada GP3 2010 seri Istanbul Turki, Rio tidak diperhitungkan. Namanya yang belum populer kala itu membuat panitia berpikiran bahwa Rio tidak mungkin juara di Turki sehingga panitia tidak menyiapkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan bendera Merah Putih. Ketika Rio memberi kejutan dengan meraih juara 1, panitia pun kebingungan karena Mereka tidak menyiapkan bendera Merah Putih. Akhirnya, panitia menggunakan bendera Polandia Putih Merah, yang dibalik, sebagai pengganti untuk bendera Indonesia, Merah Putih

Kejadian “meremehkan” tidak hanya dialami Rio di Turki, tetapi juga di Inggris. Pada GP3 di Inggris, Rio berhasil naik podium di race pertama. Lagi, panitia tidak percaya dengan kemenangan Rio. Mereka menganggap Rio dan timnya melakukan kecurangan. Akhirnya, panitia memutuskan untuk memeriksa mobil Rio dengan membongkar habis-habisan. Namun, panitia tidak menemukan bukti kecurangan. Celakanya, acara bongkar-bongkar mobil tersebut justru membuat mobil Rio rusak. Rio pun tak dapat melanjutkan balapan untuk race kedua. Rio dirugikan. 

Setelah naik kelas ke GP2 2015, Rio pun masih mendapat diskriminasi dan tuduhan yang merugikan. Pada GP2 di Sochi Rusia 2015, Rio berhasil menduduki juara 1 sebelum sinyal Safety Car menyala. Namun, panitia menganggap Rio curang, Rio dianggap menyalip setelah adanya sinyal safety car sehingga kemenangan Rio itu dianggap tidak sah dan Rio diturunkan menjadi juara 2. 

Rio telah memberikan kejutan dari berbagai kejuaraan balap yang ia lakukan. Kejutan yang benar-benar tidak diduga kalangan balap internasional. Pun dengan Formula 1 kali ini, Rio dikhawatirkan memberi kejutan yang dapat mengganggu posisi para tim dan pebalap senior. Formula1 bukan sekedar olahraga dan teknologi otomotif. Di Formula1 ada "bisnis" besar, yang harus dilindungi. Oleh sebab itu, pihak yang berkepentingan, akan melindungi bisnis besar itu, dari kejutan-kejutan yang tidak diinginkan. Termasuk kemungkinan kejutan yang akan diberikan Rio. Sehingga, berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk “menjegal” Rio, dapat saja dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki akses dan kepentingan. 

Kini, Rio telah menjajaki kasta tertinggi balap mobil, Formula1. Dengan bekal pengalaman dan skill membalap, diharapkan Rio dapat memberi kejutan di Formula1. Kejutan yang sangat diharapkan, setidaknya oleh masyarakat Indonesia. Kejutan yang "ditakuti" oleh tim kompetitor. Tapi, kejutan itu akan menjadi "pungguk merindukan bulan" jika tidak didukung oleh tim yang solid dan mobil yang prima.  Semoga permasalahan yang dialami MRT05 nomer 88 segera "terungkap" dan terpecahkan agar Rio bisa memberi Kejutan. Semoga.

Artikel ini sebelumnya telah saya posting di kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar